Home » » Cinta Kakek

Cinta Kakek

Written By mydewi on Sabtu, 05 Oktober 2013 | 08.18


Pada saat itu aku masih duduk kelas 1 SMP,aku  sering mengunjungi  kakekku di Logi setiap dua minggu sekali bersama ayah ,ibu dan adikku .Tidak heran kenapa aku dan keluargaku  sering mengunjungi kakek, karena rumah kakek dekat tidak sampai luar kota.Kakek tinggal sendiri di rumah , kakek orangnya tinggi, tegap dan sehat ,dan aku memanggil kakekku dengan sebutan Mbah kong. Mbah kong adalah ayah dari ibuku,sedangkan mbah sarong adalah sebutan bagi ayah dari ayahku sudah lama meninggal saat ayahku masih kecil.Sedangkan mbah putri adalah ibu dari ibuku , jarang sekali tinggal dirumah paling jika ada acara dirumah baru pulang sambil mengunjungi mbah kong lagi pula mbah putri bekerja di rambi tepatnya di sebuah pondok pesantren.  Aku masih punya satu nenek yaitu mbah samper ,ibu dari ayahku . Mbah samper tinggal bersama aku dan keluargaku di Jember kota. Jadi aku memiliki satu kakek dan dua nenek. 

CINTA KAKEK TIDAK PERNAH
MATI

P
agi ini begitu cerah dengan matahari yang terbit dengan senyuman lebar. Aku berangkat sekolah dengan perasaan senang hari ini, karena baru hari sabtu kemarin aku mengunjungi mbah kong dan ia sehat ,wajah terlihat sangat senag  saat bertemu aku dan adikku. Aku berjalan dengan langkah mantab menuju sekolah tanpa ada kekhawatiran sedikit pun. Sesampai disekolah aku bertemu dengan dua temanku yang datangnya lebih pagi dariku. Mereka sangat sibuk dengan mengerjakan PR bahasa inggris yang seharusnya dikerjakan dirumah, tapi alhamdulillah aku sudah mengerjakannya.
Bel masuk sekolah berbunyi teman – teman sekelasku sudah datang semua. Hari ini ada ulangan IPS dan aku sudah siap dengan itu. Dua jam pelajaran sudah terlewati dan bel istirahat berbunyi  teman teman sekelasku berbondong – bondong keluar kelas menuju tempat dimana semua dapat menikmati makanan. Saat aku berjalan menuju kantin aku merasakansesuatu yang membuatku sedikit gelisah , tapi aku tidak menghiraukan. Saat pulang sekolah pun tiba teman- teman bersorak senang , begitulah sifat kami sebagai seorang pelajar jika mendengar bel pulang rasanya senang sekali. Pada saat menuruni tangga aku sempat terjatuh karena tersenggol temanku, lagi- lagi aku merasakan hal aneh , tpi tetap saja aku tidak menghiraukannya.
Aku berjalan menuju gerbang sekolah bersama temanku yang rumahnya searah dengan jalan pulangku. Berjalan ditrotoar depan sekolah dengan berbincang- bincang dengan teman tidak membuatku memikirkan hal aneh yang terjadi padaku tadi. Seperti biasa didepan sekolah sudah ada mobil kuning yang selalu menjemput semua orang yang mau menaikinya untuk diantar kemana saja ,aku dan temanku naik mobil kuning tersebut, yang kusebut mobil kuning ini adalah angkot atau lin aku menyebutnya. Sampai di halte sebrang gang rumahku aku turun, menyusuri jalan gang rumah dengan kaki yang tak semantab tadi pagi aku berjalan langkah demi langkah.
Sesampainya di depan rumah aku mengetuk pintu sambil mengucapkan salam,”Assalamu alaikum”, dengan berharap ada yang cepat membukakan pintu. Dari dalam rumah mbah samper keluar dan membukakan pintu sambil menjawab salamku.” Waalaikum salam.” Setelah menaruh tas dikamar aku langsung kebelakang ternyata dibelakang sudah ada budhe-budheku yang ternyata menungguku mulai tadi.
“ada apa be’, kok pada ngumpul disini ?” tanyaku bingung.
“oh gini wi’,tdi ibumu ditelpon sama pamanmu yang ada di logi.” Jawab be’ti salah satu budheku.
“ ada apa kok ditelpon emang ada masalah apa?” tanyaku semakin penasaran dengan apa yang terjadi dirumah.
“Mbah kongmu meninggal dunia wi’, tadi ibumu keburu-buru pergi kesana sama ayahmu dan adikmu.” Jawab be’ti smbil sedikit menitihkan air mata.
“Bener be’ pasti sampeyan bo’ong , baru sabtu kemarin aku kerumah mbah kong ,mbah kong sehat-sehat aja.” Kataku dengan tidak percaya apa yang telah yang dikatakan oleh be’ti.
“Bener wi’, tadi ada pamanmu yang datang kesini mau menjemputmu tapi kamu belum pulang.” Tambah be’ti menjelaskan padaku.
“Innalillahi wainnailaihi rajiun.” Gumamku dalam batin.

Dengan menangis ,aku tak bisa berkata- kata dengan apa yang terjadi .Ternyata hal aneh yang kurasakan  tadi disekolah berujung pada hal yang tak pernah aku inginkan dalam hidupku yaitu harus kehilangan seorang mbah kong yang sangat sayang padaku. Sesaat itu pula aku pergi ke mushalla dan aku menagis dengan keras dan masih tak percaya dengan apa yang terjadi.
Seharian aku hanya terdiam di musholla dengan terus menitihkan air mata, budheku mengajak aku ke Logi tapi aku menolak , entah apa yang aku pikirkan sampai aku menolak hal itu padahal aku sangat ingin sekali berada disamping mbah kong sebelum ia pergi meninggalkanku untuk selamanya. Aku mengerti semua manusia pasti akan mati tapi mengapa harus secepat ini. Aku hanya dapat bergumam dalam batin dan tiada henti mengucapkan kalimat istigfar.
Malam hari menjelang, pada setiap sholat aku hanya berkata, “Mbah maafkan dewi karena gak bisa jadi cucu yang berbakti untuk mbah , gak bisa jadi cucu  yang menemani mbah di detik- detik terakhir mbah.Maafkan dewi mbah kong.”ucapku sambil terus menangis. Dirumah aku menemani mbah samper ,karena mbah tidak ikut ke Logi. Hanphoneku sama sekali tak ada dering yang terdengar, ayah sma sekali tak menelponku, entah mungkin sibuk disana atau memang tidak ingin menelpon agar tidak membuatku menangis. Besoknya aku masih sekolah karena aku tidak ingin ketinggalan pelajaran karena aku masih kelas satu dan masih belum genap satu semester pula.
Disekolah aku hanya bisa diam, aku berasa tak semangat hari ini. aku mengikuti pelajaran dengan tak semangat dan sering melamun. Pulang sekolah aku dijemput oleh mobil kuning yang setia menunggu didepan sekolah. Sesampainya dirumah aku langsung membantu mbah samper kalu tidak ada ibu yang mengerjakan tugas ibu aku karena aku kakak cewek. Saat membantu mbah dibelakang ada suara ketukan pintu , ternyata ayah pulang untuk menjemputku. Setelah mandi aku masuk ke kamar untuk mengemasi beberapa pakain.
Saat perjalanan menuju Logi ayah menceritakan bahwa mbah telah meninggal, tapi aku telah mengetahui hal itu sebelum ayah memberitahuku. Ayah sangat sayang pada mbah kong karena mbah sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri. Mulai kelas dua SD ayah sudah tidak memiliki ayah, jadi selama ini ayah selalu berbakti kepada mbah kong , dan menjadi menantu yang terbaik untuk mertuanya, Aku tahu itu. Sesampainya di rumah mbah kong , banyak orang yang datang untuk nyelawat, sekarang sudah dua harinya mbah kong. Melihat keadaan itu aku sungkan untuk menanyakan hal hal yang ingin kutanyakan kepada ibu. Mata ibu masih terlihat lebam, aku mengerti perasaan ibu karena aku juga merasakan itu ,walaupun tak sesedih ibu. Setiap kali ibu bercerita tentang masa aku dulu, ibu selalu bilang bahwa aku dulu adalah cucu yang paling disayang mbah kong, mbah selalu mencurahkan kasih sayangnya padaku. Mbah putri terlihat sangat terpukul dengan kepergian mbah kong.
Pagi yang cerah dengan langit biru dan hiasan awan putih yang menemani hariku dirumah mbah  kong. Memikirkan tentang mbah kong tak henti – hentinya membuatku menitihkan air mata. Hari ini adalah hari ketiga aku ditinggal mbah kong, perasaan yang semakin membuatku rindu pada sosoknya yang selalu menemaniku pada pagi hari untuk melihat kicauan burung di tepi sawah,  tapi sekarang hanya aku sendiri yang ditemani adik tersayangku , yang masih belum bisa merasakan kepergian mbah kong yang begitu dalam seperti apa yang kurasakan.
Lambat laun aku mulai menanamkan keikhlasan didalam batinku menghadapi kepergian ini walaupun terasa berat aku lakukan. Aku tidak ingin mbah kong pergi dengan tidak ada keikhlasan dari kami sebagai keluarganya yang ditinggalkan. Aku mencoba membuat ibu untuk tetap tegar menghadapi ini semua dan mencoba membuatnya ikhlas. Sekarang yang dapat aku panjatkan hanya doa dan doa agar mbah kong bahagia dan tenang disana.
Kehilangan seorang kakek yang sangat menyayangiku adalah sebuah cobaan yang begitu berat bagiku, apalagi beliau selalu memberi semangat hidup untukku, memberi nasehat agar aku bisa menjadi anak yang sholehah , anak yang berbakti, dan menjadi seorang kakak yang baik bagi adik-adiknya. Kata mbah kong dulu, hidup itu tidak selalu mulus , hidup itu pasti ada cobaan tapi Allah swt. tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan seorang hambanya. Mbah kong selalu bilang padaku agar aku menjadi mutiara dalam keluargaku, dan aku harus taat pada perintah Allah swt. Kata-kata  itu selalu kuingat dan tak pernah kulupa. Kenangan bersama mbah kong adalah kenangan yang sangat aku rindukan pada saat ini dan sampai kapanpun. Andai aku bisa menemani mbah kong sebelum pergi aku akan akan mengatakan ,“Aku sayang Mbah kong.”
Dan ada satu yang tak akan mati dari sosok mbah kong yaitu Cinta Mbah kong pada kami yang begitu besar , dan akan terus ada dalam diriku.


SUMBER         : DEWI MUKARROMAH YUSUF

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. MY DEWI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger